16 Oktober 2013

Meningkatkan speed Download

Sahabat Id.ham kali ini saya akan berbagi trick meningkatkan speed/download internet. ga usah lama-lama karna saya terlalu lelah kalo harus menunggu lama jawaban cinta darimu (looohhh???) lengsung ke tkp gan.... cekibrot>>>


Coba anda lakukan langkah2 dibawah ini, kalo berhasil yah bagus, kalo gagal jg nggak ada ruginya kok.

1. klik Start -> Run, masukan "gpedit.msc", kemudian tekan enter.

2. Bukalah:

Local Computer Policy -> Computer Configuration -> Administrative Templates -> Network -> QOS Packet Scheduler

Double klik "Limit Reservable Bandwidth", 

kemudian rubah nilai didalamnya dari "not configured" jadi "Enabled". Setelah itu rubah nilai bandwith limit jadi 0%. 

Klik "OK".


Selesai, anda tinggal restart komputer anda.

Semoga bisa membantu  



Langsung ke TKP!! >>

14 Oktober 2013

Cara memformat Micro SD yang terprotect

Sahabat blogger kali ini kita akan membahas cara untuk memformat Micro SD yang terprotect biasanya hal ini terjadi pada micro sd yang digunakan di HP Android.ok ga usah lama-lama kita langsung ke TKP cara ini ane dpet dari blog tetangga dengan sedikit tambahan karna beliau penjelasannya aga kurang mendetail, langsung aja cekibrot.....
1. klik Start > Run > ketik ‘regedit’ tekan 'OK'.
2. Jelajah type : HKEY_LOCAL_MACHINE \SYSTEM\CurrentControlSet\Control\StorageDevicePolicies . Apabila key "StorageDevicePolicies" tidak ada, kita tinggal membuatnya sebagai berikut, klik mouse kanan new key, buat "StorageDevicePolicies"Lalu buat dword dengan string ‘WriteProtect’ di "StorageDevicePolicies" dan ganti ‘Value Datanya menjadi ‘0’ (biasanya sudah 0).
3. Selanjutnya lakukan cara diatas di key \HKEY_LOCAL_MACHINE \SYSTEM\ControlSet001\C ontrol\StorageDevicePolicies, Lalu buat lagi dword dengan string ‘WriteProtect’
4. Bikin lagi di  HKEY_CURRENT_USER\SYSTEM\Controlset001\Control\StorageDevicePolicies buat lagi dword dengan string ‘WriteProtect’
5. step yg ke lima ini silahkan dicoba dulu Format micro SDnya pake aplikasi Formated (silahkan cari di Om www.Google.com).
6. kalo g bisa  memformat silahkan restart kom lalu anda masuk ke Safe mode, nah silahkan Format micro SD anda  dengan format micro SD menggunakan aplikasi Formated dengan file system tipe "NTFS". dah bisa d buka blum micro SDnya??? (kaynya si blum).
7. kalo blum bisa d buka juga silahkan format lagi dengan File system tipe "FAT 32". taraaaa Micro SD kembali lgi seperti semula. kalo msh g bisa jga silahkan lanjut ke langkah no.8
8. jika micro SD msh blum bisa juga di Format silahkan ikuti langkah ini.! ambil palu atau tang(yg kira-kira ukurannya lbh besar dari Micro SD. silahkan tarih micro sd di lantai dan terakhir gunakan palu atau tang tersebut untuk memukul micro sd  tersebut.
Sekian semoga bisa membantu.

powered by: http://my.opera.com
Langsung ke TKP!! >>

17 Maret 2013

5 Pelatih Sepakbola Yang Bukan Pemain Sepakbola

5 Pelatih Sepakbola Yang Bukan Pemain Sepakbola
Siapa bilang untuk menjadi pelatih hebat sepakbola seseorang harus lebih dulu punya jam terbang tinggi sebagai pemain? Setidaknya, 5 pelatih sepakbola  di bawah ini telah membuktikan bahwa anggapan tersebut salah besar.

1. Arsene Wenger


Dia hanya bermain untuk klub amatir di Perancis. Pengetahuan sebagai sepakbola justru lebih banyak didapatnya lewat bangku pendidikan.
Wenger menyelesaikan gelar diploma kepelatihan pada 1981. Tiga tahun berselang, pria yang dikenalkan dengan dunia sepakbola oleh sang ayah ketika masih berusia 6 tahun itu dipercaya menangani tim gurem Liga Perancis, Nancy.
Sempat mendarat di AS Monaco (1987-1994) dan klub liga Jepang, Nagoya Grampus (1995-1996), pelatih yang dijuluki The Professor kemudian berlabuh di Arsenal dan masih bertahan sampai sekarang.



2. Gerrard Houllier


Sebelum menjadi pelatih, dia bekerja sebagai tenaga pengajar. Bahkan Houllier sempat diberi kepercayaan memimpin sebuah sekolah di Perancis.
Tapi karena panggilan jiwa, di usia 26 tahun pria yang pernah menangani sejumlah tim papan atas Eropa seperti Liverpool serta Olympique Lyon itu banting setir menjadi juru ramu strategi lapangan hijau. Tim yang pertama ditanganinya adalah sebuah klub amatir, Le Touquet Athletic Club pada 1976.


3.Carlos Alberto Parreira


Lima timnas pernah merasakan sentuhan tangan dingin Parriera. Brasil adalah yang paling sukses. Tiga gelar dipersembahkannya untuk tim Samba yaitu Piala Dunia 1994, Copa Amerika 2004 dan Piala Konfederasi 2005.
Namun usut punya usut, Parreira dulunya tidak pernah tercatat menjadi pemain. Perkerjaan sebelum menjadi ahli taktik adalah pelatih kebugaran tim.


4. Arrigo Sacchi


Dikenal karena sukses membawa AC Milan menjadi tim yang mendunia, rupanya Sacchi sempat diragukan pada masa awal menjadi pelatih. Alasannya sederhana, dia dinilai tak pengalaman karena hanya merupakan mantan pemain amatir.
"Saya tidak mengerti mengapa mereka masih berpikir untuk menjadi joki maka Anda wajib menjadi kuda terlebih dahulu," kata Sacchi yang juga pernah menjajal profesi sebagai sales sepatu.


5. Jose Mourinho


Yang satu ini pasti tidak asing, Jose Mourinho. Lihai menyusun strategi untuk membawa tim asuhannya meraih kemenangan serta gelar juara, ternyata kesuksesan macam itu tak pernah dirasakannya saat menjadi pemain.
Berulang kali mencoba unjuk gigi sebagai pemain sepakbola dengan bergabung ke beberapa klub lokal di Portugal dan sialnya sebanyak itu pula Mourinho merasakan kegagalan serta penolakan.
Meskipun demikian kecintaan Mourinho pada sepakbola tak pernah luntur. Gagal menjadi pemain dia menjajal peruntungan dengan masuk ke jajaran manajemen. Bermodal ilmu psikologi yang dipelajarinya dibangku kuliah, Mourinho lalu memadukannya dengan metode kepelatihan sepakbola yang diserapnya ketika menjadi pemain.
Alhasil, secara perlahan Mourinho mulai mendapat kepercayaan, mulai dari pelatih tim junior, pemandu bakat, asisten pelatih, semua sudah pernah dirasakannya.

Nah, itulah 5 Pelatih Sepakbola Yang Bukan Pemain Sepakbola semoga menambah wawasan anda.
Langsung ke TKP!! >>

Mempertahankan Papua demi Keutuhan NKRI

Tewasnya 8 Anggota TNI di Papua, Babak Awal Skenario Balkanisasi Nusantara

 Penulis : Hendrajit - Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Kejadian tewasnya 8 anggota TNI meski ini menyakitkan bagi TNI dan seluruh anak bangsa, namun kita harus berkepala dingin menangani ini. Ini hanya babakan awal dari yang pernah saya tulis di buku Tangan Tangan Amerika(Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia) terbitan 2010, bahwa dalam skema yang dirancang Pentagon melalui rekomendasi studi Rand Corporation, Indonesia harus dibagi 7 wilayah, yang mana salah satu prioritas jangka pendek adalah memerdekakan Papua. Ini adalah bagian dari BALKANISASI NUSANTARA.



Maka, kejadian tewasnya 8 anggota TNI, jangan dibaca semata sebagai konsekwesnsi Perang antara TNI dan OPM, tapi lebih dari itu, untuk membenturkan antara TNI dan warga sipil Papua, yang nantinya seakan semua warga sipil Papua adalah OPM.

Skema dan kebijakan strategis pemerintahan Obama pasca Bush ini harus dicermati secara seksama. Dengan jargon demokrasi dan penegakan HAM sebagai isu sentral, maka masalah masa depan Aceh dan Papua bisa menjadi duri dalam daging bagi hubungan Indonesia-Amerika ke depan.


Apalagi sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika bernama Rand Corporation, yang dikenal sering melayani secara akademis kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) dan atas dukungan dana dari Pentagon, internasionalisasi Aceh ternyata masih merupakan isu sentral dan agenda mereka hingga sekarang. Bahkan dalam scenario building yang mereka gambarkan, wilayah Indonesia harus dipecah menjadi delapan bagian.

Sekadar informasi, rekomendasi Rand Corporation ihwal memecah Indonesia jadi 8 bagian tersebut dikeluarkan pada tahun 1998. Artinya, pada masa ketika Presiden Clinton masih menjabat sebagai presiden. Berarti rekomendasi Rand Corporation atas sepengetahuan dan sepersetujuan Presiden Clinton dan Pentagon.

Dengan demikian, menjadi cukup beralasan bahwa rekomendasi Rand Corporation tersebut akan dijadikan opsi oleh Obama. Karena rekomendasi Rand Corporation dikeluarkan ketika suami Hillary masih berkuasa.

Apa yang diinginkan oleh Pentagon dari skenario Rand Corporation Clinton..? itu Artinya, skenario ”Balkanisasi Nusantara” menjadi opsi yang logis untuk diterapkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika di era Obama dan Hillary Clinton.

Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara yang terpisah dari NKRI. Yang sudah terpisah Yaitu Timor Timur yang terjadi pada 1999 masa pemerinthana Habibie. Lalu Aceh, sepertinya sedang dalam proses dan berpotensi untuk pecah melalui “sandiwara” MoU Helsinki dan kemungkinan (telah) menangnya Partai Lokal di Aceh pada Pemilu 2009 tahun ini. Kemudian Ambon, Irian Jaya, Kalimantan Timur, Riau, Bali. Dan sisanya tetap Indonesia.

Anggap saja skenario ini memang sudah ditetapkan oleh pemerintahan Obama, maka besar kemungkinan skenario ini akan dijalankan Amerika tidak dengan menggunakan aksi militer.

Dalam skema ini, Diplomasi Publik Menlu Clinton akan menjadi elemen yang paling efektif untuk menjalankan skenario Balkanisasi Nusantara tersebut.

Dengan kata lain, mengakomodasi dan menginternasionalisasi masalah Aceh atau Irian Jaya, akan dipandang oleh Amerika sebagai bagian dari gerakan demokrasi dan penegakan HAM.

Dalam kaitan ini pula, Uni Eropa memang sejauh ini memang sudah menjadi pemain sentral di Aceh pasca MoU Helsinki. Misalnya saja Pieter Feith, Juha Christensen sementara dari persekutuan Inggris, Australia dan Amerika, mengandalkan pemain sentralnya pada Dr Damien Kingsbury dan Anthoni Zinni.

Mereka semua ini dirancang sebagai agen-agen lapangan yang tujuannya adalah memainkan peran sebagai mediator ketika skenario jalan buntu terjadi antara pihak pemerintah Indonesia dan gerakan separatis. Ketika itulah mereka-mereka ini menjadi aktor-aktor utama dari skenario internasionalisasi Aceh, Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya yang berpotensi untuk memisahkan diri dari NKRI.

Motivasi para penentu kebijakan luar negeri Amerika memang bisa dimengerti. Karena dengan lepasnya daerah-daerah tersebut, Amerika bisa mengakses langsung kepada para elite daerah tanpa harus berurusan dengan pemerintahan di Jakarta seperti sekarang ini.

Dorongan untuk memperoleh daerah pengaruh nampaknya memang bukan monopoli kepresidenan Bush. Obama pun pada hakekatnya bertujuan sama meski dengan metode yang berbeda.

Baik Bush maupun Obama agaknya menyadari bahwa konstalasi negara-negara di kawasan Amerika Latin yang notabene merupakan daerah halaman belakang mereka, ternyata semakin sulit untuk dikontrol. Dan bahkan berpotensi menjadi negara musuh Amerika.

Perkembangan terkini adalah menangnya calon presiden El Salvador yang berhaluan sosialis Mauricio Funes. Ekuador yang sekarang dipimpin oleh Presiden Rafael Correa seorang sosialis yang mengagendakan perlunya revolusi dalam ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Brazil sejak masa kepresidenan Luis Inacio Lula memprioritaskan pengamanan energi, Evo Morales dari Bolivia yang menekankan programnya pada nasionalisasi industri gas, pertambangan dan kehutanan. Serta pengembalian tanah rakyat kepada petani miskin, perlindungan warga Indian, dan sebagainya.

Beberapa presiden Amerika Latin yang berhaluan kiri-tengah adalah Presiden Chilie Michele Bachelet dan Presiden Peru Alan Garcia. Dan di atas itu semua, Hugo Chavez dari Venezuela yang belakangan perseteruannya dengam Amerika semakin menajam justru ketika Amerika dipimpin Obama yang lebih moderat dari Bush.

Perkembangan beruntun di Amerika Latin tersebut tentu saja mencemaskan Amerika, meski sebagai negara kecil tidak perlu dikhawatirkan secara kemiliteran. Namun ketika negara-negara tersebut tidak lagi kooperatif baik secara politik maupun ekonomi, jelas hal ini sangatlah mengganggu.

Apalagi ketika hal itu kemudian memicu kedekatan negara-negara latin tersebut kepada Cina, Rusia, Korea Utara, Iran dan lain sebagainya.



Skenario Kosovo untuk Papua Merdeka

Ini bukan rumor ini bukan gosip. Sebuah sumber di lingkungan Departemen Luar Negeri mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara bertahap.

Menarik juga informasi ini jika benar. Karena dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih, praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak asasi manusia. Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan diberi angin.

Beberapa fakta lapangan mendukung informasi sumber kami di Departemen Luar Negeri tersebut. Betapa tidak. Dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan FOREIGN RELATION AUTHORIZATION ACT (FRAA) yahg secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.


Undang-Undang Foreign Relation Authorization Act (FRAA) Pintu Masuk Menuju Papua Merdeka

Kalau RUU FRAA ini lolos di kongres Amerika, maka Amerika akan menindaklanjuti UU FRAA ini melalui serangkaian operasi politik dan diplomasi yang target akhirnya adalah meyakinkan pihak Indonesia untuk melepaskan, atau setidaknya mengkondisikan adanya otonomi khusus bagi Papua, untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada warga Papua untuk menentukan nasibnya sendiri.

Skenario semacam ini jelasnya sangat berbahaya dari segi keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan sialnya kita juga lemah di fron diplomasi maupun fron intelijen. Padahal, skema di balik dukungan Obama dan Demokrat melalui UU FRAA, justru diplomasi dan intelijen menjadi strategi dan sarana yang dimainkan Washington untuk menggolkan kemerdekaan Papua.

Karena itu, kita harus mewaspadai beberapa kasus kerusuhan yang meletus di Papua, bahkan ketika pemilihan presiden 8 Juli 2009 lalu sedang berlangsung.

Mari kita kilas balik barang sejenak. 13 Mei 2009, terjadi provokasi paling dramatis, ketika beberapa elemen OPM menguasai lapangan terbang perintis Kapeso, Memberamo, yang dipimpin oleh disertir tentara, Decky Embiri. Meski demikian, berkat kesigapan aparat TNI, pada 20 Juni 2009 berhasil dipukul mundur.

Namun provokasi OPM nampaknya tidak sampai di situ saja. 24 Juni 2009, OPM menyerang konvoi kendaraan polisi menuju Pos Polisi Tingginambut. Konvoi diserang di kampung Kanoba, Puncak Senyum, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya. Anehnya, kejadian ini hanya 50 meter dari pos milik TNI.

Dalam kejadian di Tingginambut ini, seorang anggota Brimob Polda Papua tewas tertembak. Singkat cerita, inilah sekelumit kisah bagaimana sepanjang tahun 2009 ini OPM telah melakukan penyerangan di kawasan Tingginambut hingga tujuh kali serangan.

Jika kita cermati melalui manuver politik politisi Demokrat menggolkan RUU FRAA di Washington dengan kejadian kerusuhan berantai di Papua, bisa dipastikan kedua kejadian tersebut berkaitan satu sama lain.

Dalam teori operasi intelijen, serentetan kerusuhan yang dipicu oleh OPM dengan memprovokasi TNI dan Polri, maka tujuannya tiada lain untuk menciptakan suasana chaos dan meningkatnya polarisasi terbuka antara TNI-Polri dan OPM yang dicitrakan sebagai pejuang kemerdekaan.

Skenario semacam ini sebenarnya bukan jurus baru bagi Amerika mengingat hal ini sudah dilakukan mantan Presiden Bill Clinton ketika mendukung gerakan Kosovo merdeka lepas dari Serbia, dan bahkan juga mendukung terbentuknya Kosovo Liberation Army (KLA).

Seperti halnya ketika Clinton mendukung KLA, Obama sekarang nampaknya hendak mencitrakan OPM sebagai entitas politik yang masih eksis di Papua dengan adanya serangkaian kerusuhan yang dipicu oleh OPM sepanjang 2009 ini.

Lucunya, beberapa elemen LSM asing di Papua, akan menyorot setiap serangan balasan TNI dan Polri terhadap ulah OPM memicu kerusuhan, sebagai tindakan melanggar HAM.

Tapi sebenarnya ini skenario kuno yang mana aparat intelijen kita seperti BIN maupun BAIS seharusnya sudah tahu hal akan dimainkan Amerika ketika Obama yang kebetulan sama-sama dari partai Demokrat, tampil terpilih sebagai Presiden Amerika.

Isu-isu HAM, memang menjadi ”jualan politik” Amerika mendukung kemerdekaan Papua. Karena melalui sarana itu pula Washington akan memiliki dalih untuk mengintervensi penyelesaian internal konflik di Papua.

Di sinilah sisi rawan UU FRAA jika nantinya lolos di kongres. Sebab dalam salah satu klausulnya, mengharuskan Departemen Luar Negeri Amerika melaporkan kepada kongres Amerika terkait pelanggaran-pelanggaran HAM di Papua.

Bisa jadi inilah salah satu kesepakatan diam-diam antara Obama dan LSM-LSM pro OPM ketika pri alumni Fakultas Hukum Universitas Harvard ini masih menjadi calon presiden. Jika memang benar, Obama berada dalam tekanan kuat untuk mendukung agenda ini lolos di kongres.

Pelanggaran HAM memang harus diakui menjadi isu sentral yang diangkat beberapa LSM pro OPM. Misalnya saja West Papua People’s Representative and OPM. Kelompok ini selain mengembangkan website wpik.org, menurut berbagai sumber juga mendapat dana dari sejumlah perusahaan asing.

Meski OPM belum sekuat GAM Aceh dalam menancapkan pengaruh-pengaruhnya di kalangan elit dan kelompok-kelompok basis di Papua, namun lobi-lobi OPM dengan dukungan beberapa LSM asing memang tidak sekali-kali untuk diremehkan.

20 Juli 2005 lalu misalnya, berhasil meloloskan sebuah draft RUU yang salah satu klausulnya, mempertanyakan kembali keabsahan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) dalam mendukung kemerdekaan Papua. Sekaligus juga mengkritik pelaksanaan otonomi khusus di Papua.

RUU yang kelak dikenal dengan HR (House of Representatives) 2601 itu, akhirnya sempat beredar dua versi informasi. Yang pertama mengatakan telah dicabut karena mengagendakan Papua sekarang ini sudah tidak relevan lagi sehingga tidak akan menjadi hukum. Adapun versi kedua justru masih beranggapan RUU yang membahas penelitian ulang atas proses masuknya Papua ke Indonesia sampai sekarang belum dibatalkan.

Sebaiknya kita di Indonesia lebih mempercayai versi kedua ini. Mengingat versi ini justru disampaikan oleh Ketua Sub-komisi Asia-Pasifik dalam komisi Hubungan Luar Negeri Kongres Amerika.

Dan yang harus lebih diwaspadai lagi, HR2601 tersebut lingkupnya juga bisa mencakup semua kasus dan isu serupa yang terjadi di dunia. Meskipun bisa-bisa saja yang menyatakan secara eksplisit kasus Papua Barat sudah dihapuskan. Namun secara substansial, kasus Papua tetap saja dalam pantauan dan penelitian para anggota kongres Partai Demokrat.


Beberapa Sosok Asing di balik Gerakan Pro Papua Merdeka

Salah satu sosok yang harus dicermati adalah Eni Faleomavaega, Ketua Black Caucuses Amerika yang mengkampanyekan Irian Jaya sebagai koloni VOC bukan koloni Belanda di Kongres Amerika. Kabarnya, perwakilan Partai Demokrat dari American Samoa ini memimpin sekitar 38 anggota Black Caucuses yang mengklaim bahwa cepat atau lambat Papua akan merdeka.

Pengaruh tokoh satu ini ternyata tidak bisa dianggap enteng. Pada 2002, tak kurang dari Departemen Luar Negeri AS terpaksa mengeluarkan menerbitkan Buku Putih Deplu tentang Papua pada 2002. Disebutkan bahwa Irian Jaya masuk Indonesia pada 1826. Sementara Pepera merupakan pengesahan atau legalitas masuknya Irian Jaya ke NKRI pada 1969.

Bayangkan saja, Departemen Luar Negeri AS sampai harus meladeni seorang anggota parlemen seperti Eni Faleomavaega. Dan ternyata manuver Eni tidak sebatas di Amerika saja. Melalui LSM yang dia bentuk, Robert Kennedy Memorial Human Right Center, Eni dan 9 orang temannya dari Partai Demokrat, melakukan tekanan terhadap Perdana Menteri John Howard, agar memberi perlindungan terhadap 43 warga Papua yang mencari suaka di di Australia. Alasannya, mereka ini telah menjadi korban pelanggaran HAM TNI.

Di Australia, Bob Brown, politisi Partai Hijau Australia, juga santer mendukung gerakan pro Papua Merdeka, dengan mendesak pemerintahan Howard ketika itu untuk mendukung proses kemerdekaan Papua. Tentu saja usul gila-gilaan itu ditampik Howard, namun sebagai kompensasi, pemerintah Australia memberikan visa sementara kepada 42 pencari suaka asal Papua.

Tentu saja hubungan diplomatik Australia-RI jadi memanas, apalagi berkembang isu ketika itu bahwa ke-43 warga Papua cari suaka ke Australia itu sebenarnya merupakan “agen-agen binaan” Australia yang memang akan ditarik mundur kembali ke Australia. Artinya, permintaan suaka itu hanya alasan saja agar mereka tidak lagi bertugas menjalankan operasi intelijen di Papua. Mungkin kedoknya sebagai jaringan intelijen asing di Papua, sudah terbongkar kedoknya oleh pihak intelijen Indonesia.

Dan isyarat ini secara gamblang dinyatakan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Widodo AS. Menurut Widodo, pemberian visa sementara kepada warga Papua oleh Australia, telah membenarkan adanya spekulasi adanya elemen-elemen di Australia yang membantu usaha kemerdekaan Papua.

Menurut penulis, dan kami-kami di Global Future Institute, pernyataan Widodo sebenarnya sebuah sindiran atau serangan halus terhadap gerakan asing pro Papua merdeka. Bahwa yang sebenarnya bukan sekadar adanya elemen-elemen di Australia yang membantu kemerdekaan Papua, tapi memang ada suatu operasi intelijen dengan target utama adanya Papua Merdeka terpisah dari NKRI.

Selain Amerika dan Australia, manuver Papua Merdeka di Inggris kiranya juga harus dicermati secara intensif. 15 Oktober 2008, telah diluncurkan apa yang dinamakan International Parliaments for West Papua (IPWP) di House of Commons, atau DPR-nya Kerajaan Inggris.

Misi IPWP tiada lain kecuali mengangkat masalah Papua di fora internasional. Meski tidak mewakili negara ataupun parlemen suatu negara, namun sepak-terjang IPWP tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab IPWP bisa menjadi kekuatan penekan agar digelar referendum di Papua, penarikan pasukan TNI dari Papua, penempatan pasukan perdamaian di Papua di bawah pengawasan PBB.

Jelaslah sudah ini sebuah agenda berdasarkan skema Kosovo merdeka. Apalagi ketika IPWP juga mendesak Sekjen PBB meninjau kembali peranan PBB dalam pelaksanaan penentuan pendapat rakyat (pepera) 1969, sekaligus mengirim peninjau khusus PBB untuk memantau situasi HAM di Papua.

Agar kita sebagai elemen bangsa yang tidak ingin kehilangan provinsi yang kedua kali setelah Timor Timur, ada baiknya kita mencermati skenario Kosovo merdeka.

Kosovo terpisah dari negara bagian Serbia pada 17 Februari 2008. Dengan didahului adanya tuduhan pelanggaran HAM di provinsi Kosovo. Papua Barat dianggap mempunyai kesamaan latarbelakang dengan Kosovo. Yaitu, Indonesia dan Serbia dipandang punya track record buruk pelanggaran HAM terhadap rakyatnya. Sehingga mereka mengembangkan isu bahwa Kosovo perlu mendapat dukungan internasional. Inilah yang kemudian PBB mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB 244 .

Seperti halnya juga dengan Kosovo yang memiliki nilai strategis dalam geopolitik di mata Amerika dan Inggris, untuk menghadapi pesaing globalnya, Rusia. Begitu pula di Papua, ketika perusahaan tambang Amerika Freeport dan perusahaan LNG Inggris, merupakan dua aset ekonomi mereka untuk mengeruk habis kekayaan alam di bumi Papua. Sekaligus untuk strategi pembendungan AS terhadap pengaruh Cina di Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara.

Balkanisasi Nusantara

1.Indonesia ada rencana hendak dibelah dengan memakai model Polinesia (negara pulau) di Lautan Pasifik. Sehingga mulai beredar pengguliran Isu Negara Timor Raya di Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai santer terdengar.

2. Indonesia akan dibelah jadi tiga negara dengan berdasar pada klasifikasi provinsi ekonomi kuat dengan rincian sebagai berikut:
A. Aceh, Riau dan United Borneao(Kalimantan).
B. Pusat wisata dan seni dunia semacam Bali, Flores, Maluku dan Manado,
C. Jawa, Sunda dan Daerah Khusus Jakarta.

MODUS OPERANDI
Dengan melihat perkembangan terkini berdasarkan prakarsa dua anggota Kongres AS untuk menggolkan seruan resolusi agar Baluchistan diberi hak sejarah menentukan nasib sendiri dan negara sendiri, lepas dari Pakistan, maka Global Future Institute merasa perlu mengingatkan kemungkinan langkah langkah dua tahap yang akan ditempuh Amerika Serikat dan Sekutu-sekutu Eropanya:

1. Melakukan Internasionalisasi Isu Provinsi yang bermaksud ingin merdeka dan lepas dari negara induknya. Keberhasilan prakarsa dua anggota Kongres AS menggolkan resolusi Baluchistan, bisa jadi preseden bagi langkah serupa terhadap Papua.

2. Seiring dengan keberhasilan gerakan meng-internasionalisasi provinsi yang diproyeksikan akan jadi merdeka, maka REFERENDUM kemudian dijadikan pola dan modus operandi memerdekakan sebuah provinsi dan lepas dari negara induk.

Demikian, semoga menjadi perhatian dan kewaspadaan semua elemen bangsa, dan pemegang otoritas pemerintahan.


Sumber : GFI
http://strategi-militer.blogspot.com 
Langsung ke TKP!! >>

16 Maret 2013

Unik, Manusia Pemilik 24 Jari

Unik, Manusia Pemilik 24 Jari

Yoandri Hernandez, pria di Baracoa, Provinsi Guantanamo, Kuba mempunyai 24 jari, masing-masing enam di tangan kanan dan kiri, juga kedua kakinya.
Meski demikian, Hernandez justru merasa bangga memiliki jari lebih. Dia bahkan menyebutnya sebagai anugerah.
Yoandri Hernandez Garrido pemilik 24 jari
Dia mengatakan jari itu membuatnya berbeda dan membuat dia bisa memanjat pohon kelapa dan memotong kelapa dengan cepat.
Tak kalah penting, dia kerap diminta berpose bersama turis dengan bayaran US$10 sekali jepret. Ini tentu rezeki.
Soalnya, gaji pekerja tambang emas itu rata-rata cuma US$20 per bulan.
“Berkat saya memiliki 24 jari, saya bisa mencari nafkah. Saya tidak memiliki pekerjaan tetap,” kata Hernandez seperti dikutip Associated Press.
Dikenal sebagai polydactyly, kondisi Hernandez sebenarnya relatif umum. Namun, jarang ada jari tambahan dengan kondisi begitu sempurna.

Siapapun yang dengan cepat melirik tangannya, bakal sulit mendapati ada sesuatu yang berbeda. Mereka baru tersadar, setelah memperhatikannya dengan seksama dan menghitungnya.
Hernandez berkisah, saat anak-anak dia dikunjungi seorang ahli ortopedi yang juga adalah salah satu dokter Fidel Castro.
Dokter itu mengatakan dia tidak pernah melihat kasus polydactyly begitu sempurna seperti pada jari-jarinya.
“Dokter itu sangat terkesan ketika melihat jari-jari saya,” kata Hernandez, yang merupakan satu-satunya orang di keluarganya yang memiliki jari berlebih.
Beruntung, sedari kecil, tidak ada orang yang memperlakukannya berbeda terkait jari-jari istimewanya itu.
“Sebaliknya, orang mengagumi saya dan saya memiliki sejuta teman. Saya sangat bangga,” katanya.
Toh diakuinya, kondisi itu kadang membuat sedikit kebingungan. “Ketika duduk di bangku sekolah dasar, guru saya bertanya kepada murid-murid berapa lima ditambah lima.
Saya waktu itu sangat pemalu, dan tidak mengatakan apa-apa. Guru itu lalu menyuruh saya menghitung jumlah jari saya, dan saya lalu menjawab: 12. Mendengarnya, dia awalnya kesal. Namun, memang benar begitu adanya,” kata Hernandez sambil tertawa. (dailymail/kompas/viva/icc.wp.com)





http://indocropcircles.wordpress.com
Langsung ke TKP!! >>

15 Maret 2013

Bukti Al-Qaeda “Organisasi Boneka” Buatan Amerika

Bukti Al-Qaeda “Organisasi Boneka” Buatan Amerika

Bukti Al-Qaeda “Organisasi Boneka” Buatan Amerika

“…Kehidupan adalah skenario?…”
“Setelah Al Qaeda dengan bantuan AS berhasil mengusir Soviet dari Afghanistan, maka AS berusaha menggulingkan Al Qaeda pada masa presiden George W Bush dengan tuduhan meraka adalah “organisasi garis keras” karena dianggap sebagai ancaman ke depan bagi AS.”
“Dan CIA selalu menuduh kelompok Islam yang ingin dihancurkannya terlibat Al Qaeda. Padahal Al Qaeda bukanlah sebuah organisasi, namun Al Qaeda merupakan sebuah ‘cara kerja’. Tetapi hal tersebut harus mempunyai persetujuan ‘orang-orang khusus yang mampu’ dalam semua operasinya.”
…”Reality Is An Illusion, Are You Ready To Escape?“…

CIA Rules The World
Beberapa waktu lalu serangan terhadap Al Qaeda di Yaman, termasuk peluncuran peluru kendali yang dipimpin oleh Amerika Serikat adalah rasa ketakutan AS yang berlebihan terhadap Al Qaeda.
Hal ini diungkapkan oleh analis internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Surwandono.
Ia mengatakan, rasa takut AS yang berlebihan membuat negara adidaya itu semakin berupaya untuk mengancurkan kekuatan kelompok yang dianggap oleh AS sebagai teroris.
“Hal itu dikarenakan kelompok tersebut merupakan penghalang bagi kepentingan-kepentingan AS di semenanjung Arab. Selain rasa takut yang berlebihan, sudah menjadi tujuan AS untuk memusnahkan Al Qaeda”, ujar Surwandono.
Ia juga mengatakan, bahwa ambisi AS untuk memusnahkan kelompok tersebut, juga karena Al Qaeda pada awalnya merupakan kelompok yang dibentuk dan didanai oleh AS untuk menghancurkan kekuatan Soviet di semenanjung Arab pada waktu itu, termasuk di Afghanistan dan Pakistan.
Karena pada waktu itu Soviet sangat dekat dengan negara-negara Arab. “Pada waktu itu, Al Qaeda merupakan boneka bagi AS untuk menghancurkan Soviet,” tandasnya.

Perang Afghanistan vs Uni Soviet
Lebih lanjut Surwandono mengatakan, setelah Al Qaeda berhasil mengusir Soviet dari Semenanjung Arab, maka AS pun berusaha menggulingkan Al Qaeda pada masa kepemimpinan presiden George W Bush dengan tuduhan organisasi garis keras, karena dianggap sebagai ancaman ke depan bagi AS.
Sejak saat itu, setiap organisasi yang tidak terima dengan kebijakan-kebijakan luar negeri AS yang ingin menguasai semenanjung Arab, maka AS mengklaim organisasi dimanapun itu sebagai “teroris”. “Dan itu berlaku untuk semua organisasi Islam di dunia, termasuk juga yang ada di Indonesia”, pungkasnya. (InfoWars)
Dulu Al Qaeda, Sekarang Kawan Amerika
Craig Unger, wartawan dan penulis  terkenal lulusan Harvard University, pernah menulis bahwa  kebijakan politik Amerika Serikat di Timur Tengah selalu berkaitan dengan dua hal: minyak dan Israel (lihat bukunya, House of Bush, House of Saud, Scribner 2004).
Artinya, semua tindak-tanduk Amerika Serikat di kawasan itu mesti terkait kepentingan negeri super-power itu akan minyak mentah atau kepentingannya untuk melindungi Israel, sekutu dekatnya sejak Perang Dunia II.
Sebagai negeri dengan ekonomi terbesar di dunia bisa dimengerti kebutuhan Amerika Serikat akan minyak mentah.
Karena Timur Tengah merupakan sumber terbesar minyak dunia, wajar Amerika Serikat selalu mempertahankan pengaruhnya di kawasan itu.
Tapi Israel? Ini memang  agak membingungkan.  Dilihat dari sudut mana pun sebenarnya Amerika Serikat tak membutuhkan Israel.
Sejak perang  Arab – Israel Oktober 1973,  Amerika Serikat selalu membantu  negara Yahudi itu sekitar 3 milyar dollar/tahun.
Bantuan terus diberikan sekali pun Amerika Serikat sendiri sedang dilanda krisis ekonomi seperti pada 2008.
Tak satu negara pun di dunia yang mendapat bantuan seperti itu dari Amerika Serikat, bahkan tidak juga negara-negara Eropa yang selama ini menjadi sekutu terdekatnya.
Tak aneh kalau Israel muncul sebagai negara yang kuat secara militer dan ekonomi di Timur Tengah –  ekonominya kira-kira setara Korea Selatan. Ngototnya Amerika Serikat membela kepentingan Israel seringkali justru merugikan negara adikuasa itu terutama terkait hubungannya dengan sejumlah negara Arab.
Malah Amerika Serikat picing mata ketika Israel membangun arsenal nuklir di Dimona, Gurun Nejev, dekat perbatasan Israel – Jordania.
Itu menjadikan Israel satu-satunya negara pemilik senjata nuklir di Timur Tengah.  Sementara itu Amerika Serikat terus-menerus menekan Iran hanya karena  negeri itu membangun pembangkit listrik tenaga nuklir.
Dua ahli terkemuka, Profesor John J.Mersheimer dari University of Chicago, dan  Profesor Stephen M. Walt dari Harvard University pernah membuat studi tentang masalah ini.  Dan menurut mereka sikap Amerika Serikat  terhadap Israel sama sekali tak ada hubungannya dengan kepentingan negara itu sendiri, termasuk kepentingan politik luar negeri Amerika Serikat.
Kalau kenyataannya Amerika Serikat selalu mendukung Israel, menurut  mereka,  tak lain karena pengaruh lobi Israel, yaitu lobi dari orang-orang Israel atau orang Amerika Serikat keturunan Israel yang berada di Amerika Serikat  (lihat The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy, oleh Profesor John J.Mersheimer dan Profesor Stephen M.Walt, Farrar, Straus and Giroux, 2007).

Negara-negara Musim Semi Arab (Arab Spring)
Maka sekarang pun, tatkala negara-negara Arab di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara sedang dilanda arus revolusi yang  disebut Musim Semi Arab (Arab Spring), pendekatan Amerika Serikat dengan minyak dan Israel diduga tak akan banyak berubah.
Sesungguhnya ‘Musim Semi Arab’ sekarang tak sesuai dengan keinginan negara adikuasa itu.
Meski tentu saja negara itu tak berusaha mencegahnya karena akan bertentangan dengan prinsip demokrasi yang gencar dikampanyekan Amerika Serikat selama ini ke seluruh dunia. Betapa tidak?
Arab Spring pertama kali hinggap di Afrika Utara, Januari 2011, menumbangkan  Zine El Abidine Ben Ali, Presiden Tunisia selama 23 tahun, kemudian merayap ke Mesir, menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak yang sudah berkuasa 30 tahun dengan menggunakan undang-undang darurat.
Baik Ben Ali mau pun Hosni Mubarak dikenal sebagai teman dekat Israel dan Amerika Serikat. Jadi dilihat dari kepentingan Amerika Serikat dalam melindungi Israel, kejatuhan Zine El Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak adalah merugikan. Apalagi kekuatan dominan dalam perpolitikan Mesir sekarang adalah kelompok Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood) yang tentu tak disukai Amerika Serikat.
Secara terbatas, gelombang Arab Spring menghempas ke berbagai negara di sekitarnya.
Di Aljazair, misalnya, gerakan protes berhasil mencabut  status negara dalam keadaan darurat yang sudah berlangsung 19 tahun, atau di Jordania Raja Abdullah terpaksa memberhentikan Perdana Menteri  Rivai dan kabinetnya, dan di Kuwait kabinet dibubarkan memenuhi tuntutan aksi protes.
Atau paling tidak ada janji-janji pembuatan undang-undang  oleh semacam badan legislatif yang dipilih seperti dijanjikan Sultan Qaboos di Oman, atau rencana Pemilu lokal oleh pemilih lelaki September mendatang di Arab Saudi, sesuai janji Raja Abdullah.
Di Yaman dan Syria, pemerintah menghadapkan gelombang protes dengan aparat keamanan sehingga keadaan berubah menjadi aksi kekerasan. Begitu pula yang terjadi di Libya. Gelombang demo dihadapi dengan peluru.

Muamar Qaddafi dan Barrack Obama
Maka yang terjadi adalah perang saudara. Sementara itu pesawat-pesawat  pengebom NATO menyerang basis kekuatan militer Libya atas nama Dewan Keamanan PBB.
Dewan Keamanan turun tangan akibat kekejaman pemimpin Libya Muammar Qaddafi dalam menghadapi para demonstran.
Padahal belakangan sesungguhnya Rezim Qaddafi telah menjalin hubungan akrab dengan Barat.  The New York Times, 2 September lalu, mengabarkan bahwa pada hari itu wartawan dan  aktivis LSM Human Rights Watch menemukan dokumen di sebuah bekas kantor intelijen di Tripoli.
Dokumen itu mengungkapkan bahwa badan intelijen Amerika Serikat, CIA, dan badan intelijen Inggris, MI-6, menjalin kerja sama dengan badan intelijen Libya (Libyan Intelligence Service),  setelah Libya menghentikan program pembangunan senjata-senjata non-konvensional, sejak tahun 2004.

Presiden Libya, Muamar Qaddafi
Setidaknya diketahui dari dokumen itu bahwa CIA pernah 8 kali mengirimkan tahanan untuk diinterogasi di Libya, negeri yang selama ini dikenal sangat kejam menyiksa tahanan.
Terungkap bagaimana Libya meminta CIA menangkap Abu Abdullah al Sadiq dari Libyan Islamic Fighting Group (Kelompok Pejuang Islam Libya) yang ingin menjatuhkan Muammar Qaddafi.
CIA pun menuduh kelompok Islam itu  bekerjasama dengan Al Qaeda. Peristiwa ini nanti membuktikan CIA selalu menuduh kelompok Islam yang ingin dihancurkannya terlibat Al Qaeda.
Dengan tuduhan itu, di tahun 2004, Abdullah al Sadiq ditangkap aparat keamanan Malaysia ketika sedang berkunjung ke negeri itu, bersama istrinya yang sedang hamil. Mereka lalu dikirim ke Thailand.
Di Bangkok, Sadiq menjadi tahanan CIA dan selama beberapa hari dia disiksa. Akhirnya para agen CIA mengirimkannya ke Libya.
Sejak itu selama 6 tahun Sadiq menghabiskan hari-harinya penuh penderitaan di dalam rumah penjara Abu Salim di Tripoli yang terkenal sangat ketat keamanannya dan amat kejam perlakuannya kepada para tahanan.
Di mana Sadiq sekarang?  Peter Bouckaert dari Human Rights Watch mengaku setelah mempelajari dokumen yang ditemukan tadi, tahu kalau Sadiq tak lain dari Abdel Hakim Belhaj, Panglima Militer kelompok revolusioner yang  telah mengusir Qaddafi dan kini menguasai Tripoli.
Artinya, dengan jabatan barunya, Belhaj menjadi sekutu NATO dan tentu juga Amerika Serikat.
Rupanya Belhaj dilepaskan dari penjara pada 2010, setelah ia bersama teman-temannya yang dituduh sebagai Islam radikal itu melakukan kompromi dengan pemerintahan Qaddafi, antara lain, mereka tak akan melakukan tindak kekerasan dalam perjuangan.
‘’Kami pegang janji itu. Maka revolusi ini pun kami  mulai dengan penuh damai. Tapi rezim ini berusaha membubarkan kami dengan kekerasan,’’ kata Abdul Hakim Belhaj. Menurut  The New York Time yang sudah disebut, Belhaj menjadi Panglima Militer Tripoli karena kemampuannya, selain tentu karena sikapnya yang sejak dulu anti-Qaddafi.

Sadiq alias Abdul Hakim Belhaj
Dia dan teman-temannya berpengalaman berperang mengusir pasukan Uni Soviet dari Afghanistan di tahun 1980-an.
Tapi bukankah Abdul Hakim Belhaj dulu dituduh CIA bekerja sama dengan Al-Qaeda? Bukankah dia pernah ditangkap dan menjadi tahanan CIA?  Baik CIA mau pun Departemen Luar Negeri Amerika Serikat  tak mau menjelaskan masalah itu kepada The New York Times.
Sebuah sumber di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat ikut bicara tanpa disebutkan indentitasnya, bahwa pemerintahan Presiden Obama pernah menyampaikan  masalah itu kepada pemerintahan transisi Libya, TNC  (Transitional National Council).  ‘’Beberapa bulan lalu kami dapat jaminan dari TNC bahwa semuanya berjalan baik,’’ kata sumber itu.
Agaknya yang lebih tepat adalah analisis berita The New York Times 1 September 2011 yang menyebutkan bahwa latar belakang Islamis Belhaj dan kawan-kawannya bisa dimengerti  karena selama ini hanya kelompok Islamis yang mampu dan berani melawan Rezim Qaddafi yang sangat represif.
Bagi pemerintah Amerika Serikat  bukan masalah harus bekerja sama dengan orang-orang yang dulu mereka tangkap dan tuduh sebagai Al-Qaeda.  Soalnya Libya memiliki minyak mentah  dengan produksi 1,6 juta barel/hari. Ingat apa yang dikatakan Craig Unger tentang minyak dan Israel? (Amran Nasution)

Pengakuan CIA Bahwa Al-Qaeda Adalah Rekayasa Semata
(CIA Officials Openly Admit Al-Qaeda Is a Complete Fabrication – a Made in the USA Production) Mar 3, 2009, Dalam sebuah film dokumenter pembunuh BBC berjudul The Power of Nightmares (lihat videonya dibawah), pejabat tinggi CIA secara terbuka mengakui bahwa Al-Qaeda sepenuhnya merupakan rekayasa yang tidak pernah ada juntrungannya.

Lukisan “kaki tangan” AS yang mukanya di “blur” Jamal al Fadl, saat persidangan sangat tertutup dan tak boleh difoto. Bahkan di internet tak beredar fotonya.
Pemerintahan Bush memerlukan sebuah alasan logis sesuai undang-undang sehingga mereka bisa mencari kambing hitam “orang tidak baik sesuai pilihan mereka” atau “the bad guy of their choice” , yaitu undang-undang yang telah diberlakukan dalam rangka melindungi kita dari demonstrasi dan “organisasi kriminal” seperti Mafia.
Mereka membayar Jamal al Fadl ratusan ribu dolar agar membuat cerita mengenai Al-Qaeda untuk Pemerintah Amerika Serikat, sebuah “kelompok” atau organisasi kriminal yang mereka bisa kejar “menurut hukum”.
“Al Qaeda bukanlah sebuah organisasi. Al Qaeda merupakan sebuah cara kerja … tetapi hal tersebut mempunyai hallmark dalam pendekatannya.” (sumber: mypetjawa.mu.nu/archives/191417.php)
Al-Jazeera Media dan Alat Propaganda AS
Al-Jazeera merupakan Saluran Berita Arab terbesar dan yang paling kontroversial di Timur Tengah yang menawarkan berita dari seluruh dunia selama 24 jam setiap harinya dan memusatkan pemberitaannya pada wilayah konflik terpanas.
Didirikan pada tahun 1996 dan berkantor di Qatar, jaringan berita Al-Jazeera merupakan jaringan berita yang paling cepat berkembang di antara komunitas berbahasa Arab dan orang-orang yang berbahasa Arab di seluruh dunia.

Al Jazeera, media propaganda New World Order (NWO) milik Amerika
Ketahuilah bahwa Al-Jazeera merupakan media propaganda utama untuk kepentingan Amerika Serikat dan keseluruhan pemrogramannya dilakukan di Amerika Serikat pada Allied Media Corp.
Setiap waktu Al-Jazeera melaporkan berita yang baru melalui video atau audio mengenai Al-Qaeda atau bin Laden yang membuat ancaman melawan Amerika Serikat.
Audio atau video tersebut sebenarnya dibuat di studio Allied Media Corp. Padahal dengan melakukan hal itu, secara esensial pemerintah Amerika Serikat membuat ancaman-ancaman untuk bangsanya sendiri.
Allied Media Corp membuatkan untuk Al Jazeera video-video ancaman teroris. (sumber: http://www.satdirectory.com)
Setiap video, setiap audio tape dari bin Laden atau hantu al-Qaeda yang membuat ancaman melawan Amerika Serikat sebenarnya dibuat di Amerika Serikat.

Tragedi WTC 911, adalah rekayasa AS dan Israel
Studio-studio Allied Media Corp membuat video dan audio tape untuk mantan Pemerintahan Presiden Bush dalam rangka Amerika Serikat melanjutkan “Perang Melawan Teror” serta perang agresi melawan rakyatnya sendiri termasuk negara-negara berdaulat lainnya di dunia.
Paska 9/11 video tape dari bin Laden yang menurut dugaan mengakui telah melakukan serangan melawan Amerika Serikat, adalah palsu dan orangnya yang kita harus mempercayainya bahwa dia adalah bin Laden, hanyalah seorang aktor.
George W. Bush menggunakan Allied Media Corp dengan merekayasa pembuatan video dan audio tape yang dilakukan oleh para aktor yang melukiskan bin Laden serta al-Qaeda membuat ancaman melawan Amerika Serikat dalam rangka mepengaruhi serta memaksa Kongres untuk memberi Bush kekuasaan diktator serta merampok hak-hak sipil dan kemerdekaan rakyat Amerika.
Bin Laden tidak menyingkirkan kebebasan anda, Bush di Gedung Putih lah yang melakukan. Bin Laden tidak menyerang Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, Pemerintah Anda sendiri lah yang melakukannya (Inside Job).
Bin Laden tidak membuat bangkrut Amerika Serikat, Pemerintah Anda lah yang melakukannya – sepanjang sejarah semua kerajaan besar runtuh sebagai akibat pembiayaan yang sangat mahal dalam kampanye agresi.
Bin Laden tidak membunuh lebih dari 1 juta orang warganegaranya yang tidak bersalah, Pemerintah Andalah yang melakukannya – pertama dilakukan oleh Pemerintahan Clinton, kemudian pada masa Pemerintahan George W. Bush dan Dick Cheney dan sekarang masa Pemerintahan Obama.
Al Qaeda adalah dan selalu sosok yang dibuat oleh organisasi teroris Amerika Serikat. Terorisme dibuat dalam sebuah agenda politik Amerika Serikat. (berbagai sumber/icc.wp.com)
Cuplikan Film “Kurbaan” Tentang Terorist
*

Alex Jones: Al-Qaeda created by CIA


Question: Which country alone in the Middle East has nuclear weapons?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East refuses to sign the nuclear non-proliferation treaty and bars international inspections?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East seized the sovereign territory of other nations by military force and continues to occupy it in defiance of United Nations Security Council resolutions?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East rountinely violates the internatinal borders of another sovereign state with warplanes, artillery, and naval gunfire?
Answer: Israel
Question: What American ally in the Middle East has for years sent assassins into other countries to kill its political enemies (a practice sometimes called exporting terrorism)?
Answer: Israel
Question: In which country in the Middle East have high ranking military officers admitt publicly that unarmed prisoners of war were executed?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East refuses to prosecute its soldiers who have acknowleged executing prisoners of war?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East created 762,000 (According to the United Nations Conciliation Commission, 1949) refugees and refuses to allow them to return to their homes, farms, and businesses?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East refuses to pay compensation to people whose land, bank accounts, and businesses it confiscated?
Answer: Israel
Question: In which country in the Middle East was a high ranking United Nations diplomat assassinated?
Answer: Israel
Question: In which country in the Middle East did the man who ordered the assassination of high-ranking UN diplomat became prime minister?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East blew up an American diplomatic facility in Egypt and attacked the U.S.S. Liberty, a U.S. ship, in international waters that left 35 dead and wounding 177 American sailors?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East employed a spy, Jonathan Pollard, to steal classified documents from the U.S. and then share some of them with the Soviet Union?
Answer: Israel
Question: What country, at first, denied any official connection to Pollard, then voted to make him a citizen and has continuously demanded that the American President grant him full pardon?
Answer: Israel
Question: Which country, on this planet, has the second most powerful lobby force in the United States, according to a recent Fortune magazine survey of Washington insiders?
Answer: Israel
Question: Which country in the Middle East is in defiance of 69 United Nations Security Council resolutions and has been protected from 29 more by U.S. vetoes?
Answer: Israel
Question: Which country in the world does not approve of having United Nations security forces provide protection for the Palestinian people from Israeli military aggression?
Answer: United State of America
Question: Who attack and made the USS Liberty sank?
Answer: Israel
*****
“…Terror Around Us, Are We Next?…”
Langsung ke TKP!! >>

Ketika Amerika Serikat Tunduk Kepada Indonesia

Ketika Amerika Serikat Tunduk Kepada Indonesia

 

Negara digdaya itu dibikin malu Indonesia ketika pilotnya, Allen Pope ditembak jatuh di pulau Morotai. Lebih malu lagi, karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS dan CIA akhirnya terbuka.
Kedok yang membuktikan AS melalui CIA sudah main api dengan petualangannya di balik pemberontakan separatisme di Indonesia.
Termasuk juga infiltrasi AS yang mempersenjatai para pemberontak itu. Ini yang bikin Bung Karno geram, dan mulai memainkan kartu trufnya.

Bung Karno dan Ike (Dwight D Eisenhower)
Bung Karno yang tadinya dikerjai Amerika, sekarang balas mengerjai Amerika. Bung Karno sadar, tertangkapnya Allen Pope mendongkrak posisi tawar Indonesia di hadapan Amerika. Cerita selanjutnya adalah bagaimana Ike dan John F. Kennedy jadi repot dibuatnya.
Inilah moment bersejarah ketika Indonesia yang miskin untuk pertama kalinya punya posisi tawar tinggi di hadapan “juragan kaya”, Amerika.
Bung Karno tidak cuma menuntut Amerika mesti minta maaf. Tapi masih ada sederet permintaan lain yang bikin Amerika “maju kena, mundur kena”.
Eisenhower minta Indonesia melepaskan pilot Allen Pope. Tapi Bung Karno tidak mau melepas begitu saja dengan gratis. Pilot itu adalah kartu truf-nya.
Inilah kisah bagaimana Bung Karno dengan amarah “memiting leher Allen Pope” sambil telunjuknya memberi isyarat agar Amerika mau bersimpuh di kaki Bung Karno (tentu saja ini hanya simbolisasi teatrikal).
Gantung Allen Pope! Hukum mati Allen Pope! Begitu gelombang protes di depan kedutaan AS di Jakarta setelah Allen Pope tertangkap. tahun 1958 itu .

Allen Pope
Rakyat Indonesia memang dibikin naik darah oleh kelakuan Allen Pope. Soalnya si pilot ini sudah menjatuhkan bom di Ambon yang memakan tak sedikit korban jiwa.
Di tengah suasana panas itu, teman-teman Mas Tok atau Guntur Soekarnoputra tidak berhenti menjejalinya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pilot Allen Pope.
Percakapan Bung Karno dengan putra sulungnya berkaitan hal itu, sudah banyak diungkap berbagai sumber. Tapi sebetulnya ada yang lebih penting lagi di balik percakapan antara Bung Karno dan Mas Tok berikut ini…..
Bung Karno sedang mandi. Mas Tok yang masih remaja menggedor-gedor pintu kamar mandi. Tidak sabar. Karena pintu terus digedor, Bung Karno melongok sebentar. “Ada apa tho Mas Tok? Bapak belum selesai mandi”.
Begitu pintu terbuka, Mas Tok langsung menyambar ayahnya dengan pertanyaan, “Bener nggak sih bapak menukar pembebasan Allen Pope dengan tebusan pesawat Hercules?”. Mas Tok memang tidak sabaran ingin segera tahu jawabnya.
Saat itu juga dia harus mendapatkan bocoran jawabannya. Memang sebelumnya di antara teman-temannya, mereka sudah kasak-kusuk membenarkan gosip itu. Mas Tok jadi panas juga. Soalnya sebagai anak Bung Karno, seharusnya dia lebih tahu dari teman-temannya.
Mas Tok yang penasaran tidak perlu menunggu lama menanti jawab ayahnya. Pertanyaan Mas Tok itu langsung disambar dengan tawa khas ayahnya. Menggelegar, “Hahahahaha……biar saja Amerika kasih Hercules itu buat Bapak. Kalau Amerika kirim pesawat lagi, nanti Bapak suruh tembak lagi. Sebagai tebusannya, Bapak minta Marilyn Monroe dan Ava Gardner”.
Marilyn Monroe
Marilyn Monroe
Itu humor khas Bung Karno. Humor seorang negarawan nyentrik. Cara Bung karno bercanda dengan politikus sejawatnya sehari-hari, tidak beda jauh dengan guyonan-nya dengan anak- anaknya. Mas Tok dan adik-adiknya sudah hafal adat ayahnya. Dasar Bung Karno!
Tapi sebetulnya di balik canda itu, mungkin bahkan Bung Karno dan Mas Tok sendiri waktu itu belum menyadari sesuatu.
Yaitu buntut dari posisi tawar Indonesia tadi, Bung Karno telah memulai tonggak lahirnya sejarah armada baru bagi AURI, yaitu lahirnya skuadron Hercules di Indonesia. Armada ini kelak turut punya andil dalam merebut Irian Barat dari Belanda.
Itu semua berawal dari negosiasi tarik ulur demi pembebasan seorang pilot yang bikin Amerika gelisah. Bagaimana tidak? Soalnya kalau tidak segera diselamatkan, bisa-bisa pilot itu buka mulut tentang info rahasia yang berkaitan dengan permainan CIA.
Ava Gardner
Ava Gardner
Dulu serangan Maukar ke Istana didesas-desuskan akibat Bung Karno menggoda tunangan sang pilot. Gosip selanjutnya menghantam Bung Karno lagi. Yaitu pembebasan pilot Allen Pope digosipkan karena Bung Karno dirayu oleh istri Pope, yang sengaja didatangkan dari Amerika. Walaahhh….
Kedengaran kayak gosip murahan. Tapi tunggu dulu! Sejarah kadang memang diwarnai gosip murahan, yang bermuara pada hasil yang tidak murahan.
Konon itulah yang dinamakan intrik politik tingkat tinggi. Intrik yang menggunakan sisi kelemahan Bung Karno. Kelemahan apalagi kalau bukan soal perempuan? Mentang-mentang Bung Karno mata keranjang…..
Bung Karno memang mata keranjang. Tapi pihak yang anti Bung Karno kadang memanipulasi sisi ini secara berlebihan. Sama halnya CIA yang menggunakan kelemahan Don Yuan-nya Bung Karno untuk menjatuhkan kredibilitas presiden RI di mata rakyatnya.
Menjatuhkan Bung Karno adalah satu-satunya cara agar Amerika bisa bercokol kuat di Indonesia. Sudah dicoba segala cara agar Bung Karno jatuh, tidak berhasil juga. Dicoba dengan cara ancaman embargo, penghentian bantuan…..ehhh Bung Karno malah teriak, “Go to hell with your aid!”.

Go to hell with your aid!
Akhirnya CIA pakai cara lain. Yaitu infiltrasi ke berbagai pemberontakan di Indonesia. Puncaknya terjadi dalam pertempuran di pulau Morotai, tahun 1958.
Ketika itu TNI (pasukan marinir, pasukan gerak cepat AU, dan AD) menggempur Permesta, gerakan pemberontakan di Sulawesi Utara.
Persenjataan Permesta tidak bisa dianggap enteng. Soalnya ada bantuan senjata dari luar.
Tadinya tudingan bahwa CIA adalah biang kerok semua ini masih dugaan saja. Ketika kapal pemburu AL dan mustang AU melancarkan serangannya, satu pesawat Permesta terbakar jatuh.
Sebelum jatuh, ada dua parasut yang tampak mengembang keluar dari pesawat itu. Parasut itu tersangkut di pohon kelapa. TNI segera membekuk dua orang. Yang satu namanya Harry Rantung anggota Permesta.
Dan yang tak terduga, satunya lagi bule Amerika. Itulah si pilot Allen Pope. Dari dokumen-dokumen yang disita, terkuak Allen Pope terkait dengan operasi CIA. Yaitu menyusup di gerakan pemberontakan di Indonesia untuk menggulingkan Soekarno.
Tak pelak lagi, tuduhan bahwa Amerika dengan CIA adalah dalang pemberontakan separatis, bukan isapan jempol!
Peristiwa tertangkapnya Allen Pope adalah tamparan bagi Amerika. Itu mungkin terwakili dalam kalimat Allan Pope ketika tertangkap. Setelah pesawat B-26 yang dipilotinya jatuh dihajar mustang AU dan kapal pemburu AL, komentar Pope: “Biasanya negara saya yang menang, tapi kali ini kalian yang menang”. Setelah itu dia masih sempat minta rokok.

B-26 Permesta kena tembak (ilustrasi)
Tapi sebetulnya yang lebih bikin malu Amerika bukan soal kalah yang dikatakan Pope tadi. Tapi tertangkapnya Allan Pope mengungkap permainan kotor AS untuk menggulingkan Soekarno. Amerika terus ngeyel menyangkal. Tapi bukti-bukti yang ada, akhirnya membungkam mulut Amerika.
Taktik kotor itu jadi gunjingan internasional. Tanpa ampun, kedok Amerika dengan CIA-nya berhasil dibuka Indonesia, lengkap dengan bukti-bukti telak.
Amerika terpaksa berubah 180 derajat menjadi baik pada Soekarno. Semua operasi CIA untuk mengguncang Bung Karno (untuk sementara) dihentikan.
Amerika berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara pun mulai dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno. Eisenhower mengundang Soekarno ke AS bulan Juni 1960.
Lalu Soekarno juga diundang John Kennedy di bulan April 1961. Di balik segala alasan diplomatik tentang kunjungan itu, tak bisa disangkal itu semua buntut dari cara Bung Karno memainkan kartunya terhadap Amerika.
Selama periode itu, Bung Karno main tarik ulur dengan pembebasan Pope. Tarik ulur itu berjalan alot. Karena Bung Karno ogah melepaskan Pope begitu saja. Bung Karno sengaja berlama-lama “memiting leher” Allan Pope sebelum Amerika meng-iya-kan permintaan Indonesia.
Amerika mati kutu. Tak ada jalan lain. Negosiasi pun segera dimulai. Negosiasi alot yang memakan waktu 4 tahun, sebelum akhirnya Allen Pope benar-benar bebas.
Dimulai dengan Ike atau Eisenhower yang membujuk, merayu dan mengundang Bung Karno ke Amerika.
Bung Karno geram. Ike (Dwight D Eisenhower) mencoba merayunya, “Tolong bebaskan pilotku”. Tapi Bung Karno tetap saja geram.
Mungkin juga karena yang merayu Soekarno adalah Ike, seorang pria tua. Ike itu adalah nama panggilan D. Dwight Eisenhower, presiden AS di masa itu. Kali ini Amerika memang kena batunya.
Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk diatur-atur Ike. Situasi mulai berubah sedikit melunak setelah kursi kepresidenan AS beralih ke John F. Kennedy.

Soekarno bersama JFK, John F Kennedy
John Kennedy tahu, kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte. Karena itu dengan persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy adalah presiden Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno.
Dengan John, negosiasi mulai mengarah ke titik terang. Berkaitan itu pula, John mengirim adiknya Robert Kennedy ke Jakarta. Robert membawa sejumlah misi, diantaranya: “bebaskan Pope”.
Konon ketika itu juga Amerika mengirim istri Allen Pope yang cantik. Perhitungannya, wanita cantik mampu meluluhkan hati Bung Karno. Ini asal mula beredar issue bahwa Bung Karno dirayu istri Allen Pope.
Yang tidak banyak disebutkan orang, yaitu ibu dan saudara perempuan Allen Pope juga datang memohon-mohon dengan tangisan minta belas kasihan Bung Karno.
Buat Bung Karno, pilot itu dibebaskan atau tidak dibebaskan, hasilnya sama saja. Yaitu tidak membuat korban-korban bom si pilot bisa hidup kembali. Jadi kenapa tidak memanfaatkan saja ketakutan Amerika yang ciut kalau pilot itu buka mulut?

Robert Kennedy dan istri (di belakang Soekarno)
Bung Karno memainkan kartu trufnya atas dasar apa yang dibutuhkan bangsa Indonesia pada waktu itu. Indonesia betul-betul sengsara dan kelaparan, jadi butuh uang dan nasi.
Indonesia sedang bertempur melawan Belanda untuk merebut Irian Barat. Jadi butuh senjata, sejumlah perangkat perang dan armada tempur.
Permintaan Bung Karno itu tentu saja tidak disampaikan dengan cara mengemis. Tapi dengan cara yang menyeret Amerika untuk membuat interpretasi diplomatik. Mau tidak mau, isyarat diplomatik Soekarno bikin Amerika harus bisa membaca yang tersirat di balik yang tersurat.
Dibanding Ike alias Eisenhower, John Kennedy lebih peka membaca isyarat itu. Itulah yang dimaksud Bung Karno bahwa John Kennedy mengerti dirinya. Kennedy tidak cuma sekedar mengundang Bung Karno ke Amerika untuk plesiran. Tapi juga ada tindak lanjut nyata di balik undangan diplomatik itu.
John paham Indonesia butuh perangkat perang untuk merebut Irian Barat. Di antaranya armada tempur. Karena itu diajaknya Bung Karno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California. Di sana Bung Karno dibantu dalam pembelian 10 pesawat hercules tipe B, terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker.
Sukarno and JFK Keneddy
John F Kennedy dan Sukarno di pabrik Lockheed, Burbank, California.
Negosiasi pembebasan Allen Pope antara Ike dan Bung Karno tadinya alot. Tapi jadi licin jalannya dengan John. Dia tidak pelit membalas “kebaikan” Bung Karno yang memenuhi permintaan AS untuk membebaskan Allen Pope.
Hasilnya? Hercules dari Amerika, menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI (armada yang kelak ikut bertempur merebut Irian Barat). Bung Karno bisa membuat Amerika menghentikan embargo.
Lalu menyuntik dana ke Indonesia. Juga beras 37.000 ton dan ratusan persenjataan perangkat perang. Kebutuhan itu semua memang sesuai dengan kondisi Indonesia saat itu.

Allen Pope diadili
Ternyata begini ini yang namanya negosiasi tingkat tinggi. Akhirnya Allen Pope dibebaskan secara diam-diam oleh suatu misi rahasia di suatu subuh, Februari 1962.
Negosiasi itu seluruhnya tentu makan biaya yang tidak sedikit. Siapa yang mesti membayar semua itu? Konon rekening Permesta yang harus membayar ganti rugi akibat negosiasi itu.
Sempat terdengar selentingan bahwa jalan by pass Cawang-Tanjung Priok dan Hotel Indonesia lama di Bundaran HI Thamrin, adalah wujud dari ganti rugi itu. Benarkah demikian? Wallahu a’lam.
Sayang hubungan mesra Bung Karno dengan Amerika berakhir setelah Kennedy terbunuh tahun 1963 yang disinyalir dilakukan oleh CIA. Terbunuhnya Kennedy membuat CIA kembali leluasa mewujudkan mimpi lama yang sempat terhenti. Yaitu terus mengguncang kursi Bung Karno, hingga Putra Sang Fajar itu akhirnya benar-benar terbenam. Kita semua tahu bagaimana akhir episode itu.

Sumber: http://indocropcircles.wordpress.com
Langsung ke TKP!! >>

Setelah Libya , Target AS Selanjutnya Adalah: Papua!!

Setelah Libya , Target AS Selanjutnya Adalah: Papua!!

Lemahnya Indonesia yang “kaya” akan kekayaan alamnya menjadi “mandul” tak bisa apa-apa, ini semua dimulai dan diawali pada zaman Orde Baru atau New Order atau New world Order! Dimana semua kekayaan alam Indonesia dikuras habis akibat perjanjian-perjanjian yang “timpang” pada zaman Indonesia untuk pertama kalinya menganut sistim kapitalis pada masa itu.
Maka untuk kedepannya siapapun Presidennya, masih tetap terpatri oleh perjanjian-perjanjian masa lalu tersebut. Hingga detik inipun, masih banyak manusia-manusia Indonesia yang perlu “ditampar” karena masih “tidur” dan takkan pernah menyadari akan hal ini. (penulis)
Kasus di Libya hampir sama dengan kasus Timor Timur, dengan alasan HAM, Demokrasi dan PBB akhirnya Timor Timur Lepas dari Indonesia. Dibawah tekanan Australia, Amerika dan PBB atas nama HAM dan Demokrasi, akhirnya pemerintah BJ Habibie saat itu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan politik yang bertubi-tubi dari para penjajah Kapitalis yang mengincar minyak di celah Timor.
Begitu juga dengan Libya dan sejumlah negara di dunia khususnya di Timur Tengah, dengan alasan HAM AS dan sekutunya menyerang pemerintahan Khadafi padahal ujung2nya ingin menguasai minyak di Libya.

Connie Rahakundini Bakrie
Menurut pengamat militer ibu Connie Rahakundini Bakrie, skenario AS menyerang Libya dan Timur Tengah sudah dirancang dari awal.
Karena semua negara tersebut terdapat sumber minyak bumi yang besar. Bahkan Ibu Connie menambahi kalau sasaran AS selanjutnya adalah Papua!!
Pernyataan ibu Connie pada siaran tvOne Sabtu 26/3 2011 bukannya tanpa dasar. Kabar Papua menjadi target AS berikutnya sudah beredar di kalangan intelejen.
Sebuah sumber di lingkungan Departemen Luar Negeri mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara bertahap.
Karena dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih, praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak asasi manusia.
Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan diberi angin.
Beberapa fakta lapangan mendukung informasi ini, sumber kami di Departemen Luar Negeri tersebut.
Betapa tidak, dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan Foreign Relation Authorization Act (FRAA) yang secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.
Kalau RUU ini lolos, berarti ada beberapa elemen strategis di Washington yang memang berencana mendukung sebuah opsi untuk memerdekakan Papua secara bertahap.
Dan ini berarti, sarana dan perangkat yang akan dimainkan Amerika dalam menggolkan opsi ini adalah, melalui operasi intelijen yang bersifat tertutup dan memanfaatkan jaringan bawah tanah yang sudah dibina CIA maupun intelijen Departemen Luar Negeri Amerika.

Karena itu, Departemen Luar Negeri RI haruslah siap dari sekarang untuk mengantisipasi skenario baru Amerika dalam menciptakan aksi destabilisasi di Papua.
Berarti, Departemen Luar Negeri harus mulai menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar menyerukan berbagai elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya pelanggaran-pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
Campur tangan Amerika dengan skenarionya berusaha agar Papua lepas dari NKRI. Amerika tentu punya alasan agar Papua lepas dari Indonesia, Papua adalah mutiara hitam dari timur, sebuah tanah yang kaya raya, dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya serta kandungan emas di bukit Freeport yang melimpah membuat para Kapitalis penajajah serakah ngiler dibuatnya.
Padahal kalau kita tahu pembagian royalty Freeport Indonesia hanya mendapat 1%, sedangkan asing mendapat 99%. sungguh lucu yah..
“Masa tukang cangkul hasilnya jauh lebih banyak dari yang punya tanah. Ini semua karena zaman Orde Baru, New Order, New world Order!

Papuan Warrior
Dimana pad saat itu semua kekayaan alam Indonesia mulai dikuras habis akibat perjanjian-perjanjian yang “timpang” pada zaman Indonesia menganut sistim kapitalis pada masa awal itu.”
Semua ini akibat perjanjian-perjanjian pertambangan pada masa lalu. Perjanjian pertambangan juga tak mungkin hanya berlaku untuk beberapa tahun mendatang, namun bisa berlaku selama puluhan tahun atau bahkan selama seabad kedepan!
Lalu, siapakah yang membuat semua perjanjian itu? Jelas Presiden Indonesia. Siapakah presiden Indonesia pada masa lalu tersebut?? Andalah yang tahu, karena anda juga mempelajari sejarah presiden-presiden bangsa ini bukan???
Alasan utama yang menjadi isu pemisahan Papua dari NKRI adalah kemiskinan, pemerintah Indonesia yang tidak mampu mengentaskan kemiskinan di Papua menyebabkan isu-isu sparatis berkembang.
Kemiskinan Papua adalah salah satu akibat dari sistem Kapitalisme yang diterpakan di Indonesia, emas Papua yang seharusnya mampu memakmurkan rakyat Papua justru dirampok oleh Freeport dan perusahaan asing milik Kapitalis Penjajah.
Anehnya, padahal penduduk Papua hanya sekitar 2 juta jiwa saja dan dana APBD pertahunnya bernilai trilyunan rupiah!! Melebihi kebanyakan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Lalu, kemana uang segitu banyaknya pergi? Banyak yang menduga banya pejabat-pejabat di wilayah Papua sendiri yang “mengambilnya”.
Ini terbukti dari minimnya sarana dan prasarana yang nyata untuk rakyat Papua disana, seperti puskesmas, stok sembako, dan sejenisnya yang tetap langka. juga minimnya jembatan penghubung, pengaspalan jalan dan masih banyak lainnya.

Isu-isu HAM dan Demokrasilah yang sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat agar Papua bisa lepas dari NKRI, dengan isu ini diharpakan akan terjadi referendum bagi tanah Papua. Yang selanjutnya mengantarkan Papua ke arah pemisahan diri dari NKRI.
Karena itu Saya himbau kepada warga indonesia, lupakanlah masalah perbedaan suku, agama, ras.. mari kita bersatu. Waspadai bersama gerakan ormas yang menjurus pada anarkis. waspadai ormas yang berdalih ingin memperjuangkan Papua.
Berhati-hatilah karena intelejen asing sudah ada di sekitar kita. Mari kita sama-sama jaga kedaulatan RI supaya tidak sampai terpecah belah. Ini bukan negeri dongeng dan berita ini bukan sekedar omong kosong.
Waspadalah dengan gerakan-gerakan dari luar sana yang menginginkan Papua lepas dari NKRI dan mencanangkan gerakan New World Order diseluruh penjuru bumi. (beritahebohterkini.blogspot/icc.wp.com)

>>> http://indocropcircles.wordpress.com

Langsung ke TKP!! >>

10 Maret 2013

Optical illusion

Coba tebak ada berapakah tiang pada bangunan tersebut????/

Langsung ke TKP!! >>